Minggu, 10 Agustus 2014

Cerita Mudik Selama di Cirebon

Lebaran ada yang kurang rasanya kalau tidak mudik yaa.. apalagi masih punya nenek kakek dan banyak saudara yang tinggal di kampung halaman, pengen kumpul aja rasanya di hari spesial.

Yupps..lebaran syawal 1435H kemarin akhirnya bisa mudik juga setelah dua tahun kemarin engga mudik. Jadwal keberangkat naik kereta api Cirebon Ekspress jam 9.45 WIB setelah sholat 'Ied kami sekeluarga langsung jalan ke stasiun Gambir.


Tugu Monas terlihat dari dalam kereta api. Foto diambil saat kereta api mulai jalan.


Tiga setengah jam perjalanan yang ditempuh kereta bisnis ber AC itu membuat perjalanan nyaman tanpa macet, dengan pemandangan kanan-kiri yang khas apalagi kalau bukan hamparan sawah. Saat itu akhir bulan juli padi sebagian hampir menguning, beberapa terlihat sudah dipanen.

Pemandangan sawah yang dapat dilihat dari dalam kereta.


Oiya..saran saya kalau mau melakukan perjalanan dengan kereta apalagi saat lebaran ada baiknya membawa bekal makanan dari rumah. Sebab kalau pun mau makan di kereta disediakan juga tapi dengan harga yang lumayan mahal. Misalnya saja untuk satu cup pop mie dihargai Rp 11.000,- :D

Bagi anda yang terbiasa naik kereta ke Cirebon bila kebetulan duduk di bangku sebelah kanan sudah hapal dengan bangunan masjid kubah emas bukan..? Benar..!! Tandanya stasiun Cirebon tinggal beberapa meter lagi tak jauh dari sekolah Al-Azhar yang letaknya dekat dengan Masjid kubah emas ;) biasanya penumpang sudah ada yang bersiap-siap disini.


Masjid kubah emas yang letaknya dekat dengan sekolah Al Azhar.

Dan akhirnyaaa....sampai juga di stasiun Cirebon. Alhamdulillah...selamat datang di Cirebon kota Berintan, Cirebon tanah kelahiranku... :* ♡
Para poter udah banyak yang menawarkan jasanya untuk siap membantu anda yang kelebihan bawaan. Kisaran harga kalau ringan 15.000 atau berat bisa sekitar 45.000 siap membawa barang sampai pintu keluar atau mobil jemputan :)



Stasiun Cirebon.
Setiba di stasiun Cirebon sebaiknya anda keluar tidak melalui tangga lorong bawah tanah, sebab pengalaman pertama kali setelah stasiun di renovasi kami sekeluarga keluar lewat tangga lorong bawah tanah. Yang ada kita mesti turun dan naik tangga yang lumayan curam dengan barang bawaan yang banyak dan berat. Sebaiknya keluar menyebrangi rel kereta memotong jalan. Memang sedikit harus memutar dan jalan jauh tetapi tidak naik turun tangga dengan bawaan barang yang berat. Hihihiii...

Stasiun Cirebon

Biasanya begitu keluar dari pintu exit banyak yang menyambut kita, antara lain mamang becak dan supir taksi resmi atau cabutan. Apalagi saat liburan panjang atau lebaran kemarin, supir khusus dari hotel ikut menawarkan jasa angkutannya sekaligus menawarkan pelayanan inap lengkap dengan daftar harga sewa kamar.

Banyak sekali tempat unik dan bersejarah peninggalan penjahahan Belanda dulu. Sekolah, ataupun gedung perkantoran. Ciri khasnya bangunan ini kokoh, pintu yang berukuran tinggi serta arsitektur khas lainnya. Sepanjang jalan kota Cirebon sangat khas dan kental dengan bangunan cina kuno, rumah berlantai dua tingkat. Lantai dasar biasanya dijadikan tempat usaha, dan lantai atas untuk tempat tinggal.

Kantor Pos Indonesia di cirebon ini merupakan titik 0 km nya kota Cirebon. Letaknya persis disamping Bank Indonesia yang juga menjadi bangunan bersejarah sejak jaman kolonial Belanda. Mampir ke sini abis belanja di Pasar Kanoman makan es duren dan empal gentong.

Titik 0 Km Kota Cirebon berada di depan gedung Pos indonesia

Gedung Bank Indonesia ini sudah ada sejak tahun 1866. Menurut sejarah Bank Indonesia ini merupakan De Javasche Bank (DJB) cabang ke lima yang dibuka untuk pulau jawa. Arsitekturnya indah dan megah.


Di depan Gedung Bank Indonesia
peninggalan zaman Belanda

Masjid Agung Sang Cipta Rasa atau dikenal juga masjid merah. Masjid ini juga merupakan masjid bersejarah yang ada di Cirebon. Masjid ini salah satu peninggalan bersejarah dari Sunan Gunung Jati. Arsitektur bangunan masjid merah ini percampuran hindu. Masjid ini berkaitan erat dengan Masjid Agung Demak, Sunan Gunung Jati memohon izin untuk membuat pasangannya di Cirebon.

Perbedaan mendasar masjid ini dengan masjid-masjid yang dibangun para wali lainnya adalah bentuk atapnya limasan dan di atasnya tidak dipasang momolo (mahkota masjid). Selain azan pitu, tradisi yang sampai saat ini masih dilestarikan yakni khotbah yang menggunakan bahasa Arab. Kalau kata saudara yang penduduk asli Cirebon sih katanya ngebangunnya bukan pakai semen, tapi pakai putih telur. Heheheee... Priben jeh...Wallahua'lam bener apa engga ya itu.. :D


Di depan pintu Masjid sang cipta rasa (Masjid Merah) 



Masih banyak lagi bangunan bersejarah di kota Cirebon. Misalnya aja Stasiun kereta api Kejaksan, keraton kanoman, keraton kasepuhan, keraton kacirebonan, keraton keprabon, gua sunyaragi dan pabrik rokok BAT juga termasuk salah satu bangunan bersejarah juga di Cirebon. Tapi berhubung ini momentnya mudik jadi engga sempet mampir karena lagi musimnya ngumpul silaturrahim ketemu saudara-saudara. Mungkin nanti bisa disambung di episode selanjutnya masih tentang Cirebon khusus tempat wisata dan kuliner. Hihihiihhiiii... :D

Naahh...udah cape keliling-keliling tempat bersejarah di Cirebon sekarang saatnya kita bahas seputar kulinernya...aseekkk...semangat deh kalo makanan (•_•)''

Di Pasar Kanoman ada segudang kuliner khas Cirebon. Salah satunya ini, es durian. Kalau langganan setiap ke Cirebon ya cuman disini makannya, es durian depan Bank Danamon dan memang sudah lama bapak ini berjualan. Tapi saking sibuk ngelayanin pembeli jadi engga sempet tanya seputar jualannya. Bapak dan Ibu penjualnya ramah loh.. Es duriannya itu beda bukan kaya yang saya temuin makan di Jakarta, biasanya es sudah dicampur durian ataupun dikasih puree durian. Kalau yang satu ini satu gelasnya dikasih utuh (bukan yang sama kulitnya ya..hedeh bisa keselek dah) buletan daging dan bijinya, bukan hanya puree saja dan yang istimewanya es durian ini di siram sirup tjampolay rasa pisang susu, ini sirup asli Cirebon yang sudah terkenal sejak lama.

Es durian Cirebon di pasar Kanoman

Kemarin nyempetin ke Pelabuhan nyari nasi jamblang Pelabuhan Ibu Sumarni, untungnya H+2 lebaran nasi jamblang pelabuhan udah buka. Tempatnya disamping pelabuhan terbilang sangat sederhana. Pintu masuknya aja sempit harus antri gantian kalau mau masuk. Tapi jangan salah yang dateng ke sini banyak mobil-mobil pribadi lohh..Yang membedakan nasi jamblang pelabuhan dengan yang lain adalah nasinya yang masih anget bahkan panas karena baru matang di dandang, sewaktu ngantri tepat di depan saya ada beberapa dandang sangat besar yang isinya nasi sedang dimasak. Dan enaknya juga nasi jamblang pelabuhan menu lauknya bisa kita sendiri yang ambil. Dan yang engga kalah kerennya Nasi jamblang pelabuhan ini udah halal MUI looh..mantab salut saya d^_^b


Nasi jamblang pelabuhan Ibu Sumarni


kalau empal gentong kemarin sempet nyobain di depan pasar kanoman (bukan yang biasa makan) itu masaknya pake kompor jadi aja rasanya kurang sedep. Besoknya akhirnya sempet juga makan empal gentong mang Sobari yang udah jadi langganan setiap ke Cirebon. Itu masaknya selain pake gentong dari tanah liat masaknya juga pake kayu bakar aromanya semakin mantap. Oiya..di tikungang pasar kanoman depan toko batik trusmi ada tahu gejrot yang enak, yang saya heran kenapa kalo di jakarta tahu gejrotnya pake bawang putih yaa..?? Rasanya jadi langu deh :(


Untuk kuliner edisi mudik mungkin sekian dulu. Berhubung lebaran jadi kekenyangan sambel goreng sama opor buatan nyai. Mudah-mudahan nanti bisa nyambung ke cerita berikutnya tentang Cirebon. Engga ada abisnya ya ngebahas Cirebon..iya abis seru sih di Kampung halaman sendiri. Wkwkwkw..

*mohon maaf bila ada kekeliruan.